Baidu yang kerap disebut sebagai kembaran Google di China meluncurkan Ernie Bot, yakni layanan serupa ChatGPT, beberapa saat lalu. Tak mau kalah, Alibaba pun baru-baru ini mengumumkan kehadiran chatbot AI bernama Tongyi Qianwen.
Alibaba langsung gas meluncurkan chatbot AI pasca sang pendiri, Jack Ma, balik ke China setelah 2 tahun berkelana.
Gerak cepat raksasa teknologi ini belum dibarengi restu mutlak dari pemerintah China. Diketahui, Xi Jinping selama ini lumayan ketat soal ruang gerak industri teknologi.
Namun, agaknya China sudah memberi lampu hijau untuk penerapan layanan serupa ChatGPT. Hanya saja, ada syarat yang harus dipenuhi.
Laporan QZ, Rabu (12/4/2023), menyebutkan produk AI yang beroperasi di China harus terlebih dahulu melalui tahapan ‘uji kelayakan keamanan’ (security assessment). Hal ini disampaikan Lembaga Administrasi Siber China (CAC).
Draf aturan uji kelayakan tersebut sudah ada. Menurut CAC, langkah ini untuk memastikan bahwa produk AI di Negeri Tirai Bambu memiliki standar kualitas tinggi dan aman.
“Konten di dalam bot AI harus merefleksikan nilai inti dari sosialisme dan tidak mengandung subversi atas kekuatan negara,” kata CAC.
Layanan bot AI juga diimbau tidak mempromosikan terorisme, diskriminasi, kekerasan, dan hal-hal sensitif lainnya. Panduan khusus dari pemerintah China ini dirilis pada 11 April kemarin.
Jika melanggar ketentuan tersebut, produk AI akan langsung diblokir di China. Bahkan, perusahaan yang mengembangkan bisa dikenakan denda paling sedikit 10.000 yuan atau setara Rp 21,5 jutaan.
Analis memprediksikan aturan dari pemerintah China ini akan membentuk produk AI yang berbeda dari ChatGPT dan layanan serupa lainnya buatan AS.
Agaknya China menjadi negara pertama yang memberlakukan aturan khusus untuk AI. Beberapa negara lain belum menggodok regulasi untuk teknologi penentu masa depan ini.
Namun, ChatGPT sudah diblokir di Italia pada pekan lalu. Alasannya karena negara tersebut menganggap ChatGPT bisa berpengaruh buruk bagi masyarakat.