Kelompok paramiliter atau tentara bayaran Rusia yang berperang di Ukraina, Grup Wagner, disebut membeli senjata dan peralatan dari anggota NATO, Turki. Hal itu terungkap dalam dokumen intelijen Amerika Serikat (AS) yang bocor.
Dikutip dari CNN International, Kamis (13/4/2023), dokumen tersebut menunjukkan sejauh mana Wagner telah berusaha untuk lebih memperkuat kemampuannya karena perang di Ukraina.
Adapun, sebagai anggota NATO, Turki secara luas dianggap sebagai negara mitra AS dan negara-negara lain yang memberikan dukungan militer langsung ke Ukraina dan secara terbuka menyatakan menentang invasi Rusia.
Negara itu juga merupakan tempat bagi pangkalan militer utama AS di mana senjata nuklir disimpan dan bertindak sebagai tanda peringatan yang jelas untuk mencegah agresi Rusia terhadap anggota NATO.
Menurut laporan intelijen AS yang dikutip dalam dokumen tersebut, personel dari Grup Wagner bertemu dengan “kontak Turki” pada awal Februari dengan maksud “untuk membeli senjata dan peralatan dari Turki” yang kemudian dapat digunakan oleh tentara bayaran Wagner yang berperang bersama pasukan Rusia di Ukraina.
Tidak jelas siapa “kontak” itu atau apakah pemerintah Turki mengetahui pertemuan itu. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Turki telah bergerak maju dengan penjualan senjata apapun ke Grup Wagner.
Namun, potensi sekutu NATO yang menjual senjata ke pasukan tentara bayaran Rusia kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran serius di Washington dan memperumit hubungan Ankara dengan anggota NATO lainnya.
Rincian tentang pertemuan Februari, yang diuraikan dalam bagian dari dokumen yang bocor berjudul, Mali, Russia, Turkey: Vagner seeks weapons from Ankara menunjukkan pejabat AS percaya bahwa perlengkapan tentara bayaran Rusia setidaknya telah diuji coba.
Menurut dokumen yang bocor, Wagner juga berencana untuk menggunakan senjata dan peralatan dari Turki di Mali, di mana kelompok tersebut memiliki kehadiran yang signifikan.
Dokumen tersebut tidak hanya merujuk intelijen tentang Wagner yang berusaha membeli senjata dari Turki, tetapi juga menyatakan bahwa kelompok paramiliter berencana untuk melanjutkan perekrutan tahanan dari penjara Rusia.
CNN belum secara independen mengonfirmasi kebenaran dokumen tersebut, tetapi pejabat AS telah mengindikasikan bahwa sebagian besar bagian yang bocor adalah asli.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan “Departemen Pertahanan dan komunitas intelijen secara aktif meninjau dan menilai validitas” dokumen yang bocor, menambahkan “kami tidak dalam posisi untuk mengkonfirmasi atau mengomentari informasi spesifik apa pun yang dikandungnya.”