Kini Mulai Keok! Kok Bisa Dolar AS Dulu Jadi Penguasa Dunia?

Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)

Aksi mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat atau dedollarization/dedolarisasi, belakangan banyak dilakukan oleh banyak negara di dunia.

Baru-baru ini negara aliansi BRICS yakni Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan tengah berencana menciptakan alat pembayaran baru. Hal tersebut dilakukan sebagai strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar dan euro.

Melansir India Times, Wakil Ketua Duma Negara Rusia Babakov menjelaskan, BRICS akan menggunakan mata uang baru dengan komoditas lain, seperti emas dan logam tanah jarang (LTJ).

Perkembangan upaya menciptakan mata uang baru tersebut, rencananya akan dipresentasikan pada KTT BRICS di Afrika Selatan pada Agustus 2023.

Aksi buang dolar kini juga mulai digaungkan oleh 10 negara yang bergabung dalam ASEAN. Negara kawasan sepakat untuk menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) untuk transaksi pembayaran lintas negara.

Dalam aspek ini pertemuan bank sentral ASEAN, sepakat akan dibahas di dalam working committee atau tim gugus tugas, untuk bisa menyelesaikan kerja sama, dan untuk bisa melihat panduan yang yang dikembangkan dari capital account liberalization.

Gugus tugas LCT se-ASEAN itu dibentuk untuk bisa mendiskusikan kerjasama transaksi yang sama untuk ASEAN, menciptakan guideline atau kerangka kerja mata uang sebagai upaya sebuah settlement.

Kesepakatan penggunaan LCT di ASEAN tersebut terjalin di dalam pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau the 1st ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM), di Bali pada 28-31 Maret 2023.

Adapun 10 Negara ASEAN yang sepakat untuk buang dolar AS dalam transaksi yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

Tapi kenapa dolar bisa sangat kuat di dunia dan kini justru menurun?

Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, sampai saat ini dolar Amerika Serikat (AS) masih melakukan transaksi perdagangan dan investasi menggunakan dolar AS.

“Jadi, ketergantungan terhadap dolar AS, likuiditas US dollar sangat kuat, sangat besar di pasar. Dan marketnya sangat deep atau dalam, sehingga kebanyakan bank sentral dunia masih menaruh forex reserve dalam aset-aset US dollar,” jelas David kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (13/4/2023).

Kendati demikian, saat ini porsi penggunaan dolar AS dalam perputaran ekonomi dunia telah menurun seiring berjalannya waktu.

“Pada 1999, 25 tahun lalu ada penurunan, dari 71% porsinya, sekarang sekitar 59%. Tapi memang masih dominan pada perdagangan dan instansi global,” tuturnya lagi.

Dalam upaya mengurangi ketergantungan dolar AS, memang banyak negara sudah melakukannya. Menurut David memang ada momentum untuk negara-negara di dunia untuk meninggalkan dolar AS dalam bertransaksi bilateral.

Namun, kata David dibutuhkan waktu, karena perlu sinkronisasi, baik dari sisi kebijakan maupun regulasi di masing-masing negara yang terlibat, karena masing-masing negara memiliki karakter perekonomian yang berbeda, sehingga harus disinergikan agar tidak terjadi gejolak.

“Tapi, saya perhatikan di banyak wilayah lain, ASEAN, kita dengar BRICS dan Amerika Latin, dan Afrika ada tren ke sana (buang dolar AS),” ucap David.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*