Harga minyak mulai menguap setelah terbang kemarin. Pada pembukaan perdagangan Kamis (13/4/2023) pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan.
Harga minyak mentah jenis WTI dibuka melemah US$ 83,20 per barel, turun 0,08% dibandingkan penutupan kemarin. Sementara itu, harga minyak jenis brent turun 0,15% menjadi US$ 87,22 per barel.
Pelemahan ini berbanding terbalik dengan hari sebelumnya. Pada penutupan perdagangan Rabu (12/4/2023), harga minyak mentah WTI melesat 2,12% ke posisi US$ 83,26 per barel sedangkan harga minyak brent menguat 2,01% ke posisi US$ 87,33 per barel.
Harga minyak melemah karena ekspor yang mulai melandai. Sebaliknya, produksi diperkirakan meningkat. Kekhawatiran pasar juga meningkat setelah risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yangkeluar kemarin.
Dalam risalah tersebut The Fed juga mengatakan ekonomi AS bisa masuk resesi menyusul krisis perbankan mereka.
Ancaman resesi tentu saja membuat pasar komoditas khawatir. Perlambatan ekonomi ataupun resesi akan membuat permintaan terhadap komoditas menurun sehingga harga jatuh.
Selain itu, data Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menunjukkan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) di luar dugaan meningkat.
Persediaan minyak mentah naik 597.000 barel menjadi 470,5 juta barel pada minggu lalu. Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi analis Reuters yang memperkirakan penurunan 600.000 barel.
Namun, EIA menyebut pasokan minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma turun 409.000 barel pada pekan yang berakhir pada 7 April. Stok minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis juga berkurang 1,6 juta barel, karena dikeluarkan sebagai bagian dari penjualan 26 juta barel yang diamanatkan kongres.
Ekspor minyak mentah AS turun 2,5 juta barel per hari (bpd) menjadi 2,7 juta bpd pada pekan tersebut. Penurunan sebsar 2,5 juta bps adalah yang terbesar dalam sejarah. Impor minyak mentah naik 1,56 juta bpd menjadi 3,5 juta bpd.