Mencari tunjangan hari raya (THR) dengan berburu dividen emiten memang menggiurkan. Namun, apabila tidak berhati-hati, investor malah bisa terkena jebakan dividen alias dividen trap.
Dividend trap terjadi ketika investor tergiur dividen yang lumayan sebelum cum date (tanggal terakhir investor berhak mendapatkan dividen), tetapi harga suatu saham turun signifikan, bahkan bisa sebesar dividend yield, ketika ex date.
Di era musim dividen hal tersebut acap kali terjadi dan seringkali menjebak investor yang terkena FOMO (fear of missing out) jelang waktu cum date penetapan dividen.
Teranyar, dividen jumbo emiten batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang lebih dari 15,72% saat cum date pada 10 April lalu menggoda investor yang membeli di hari itu.
Maklum, kurang dari 10 emiten saja yang menawarkan dividend yield lebih dari 15% di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Namun, harga saham ITMG malah anjlok hingga batas auto reject bawah (ARB) 7 persen selama dua hari beruntun setelahnya. Ini berarti penurunan tersebut hampir setara dengan dividend yield ITMG-dan tak menutup kemungkinan ke depan harganya tidak lanjut turun.
Kasus lainnya, saham emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang memiliki cum date dividen 6 April lalu menawarkan dividen yield 10,4%.
Namun, pada 10 sampai 12 April atau pekan ini harga saham LPPF memerah, dengan dua di antaranya terkena ARB beruntun. Total penurunan harga saham dari semenjak cum date sampai Rabu (12/4) mencapai 17,03%, jauh di atas dividend yield-nya.
Demikian pula dengan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) yang minus 3,81% pasca-cum date 11 April. Dividend yield BDMN sendiri tercatat sekitar 4%.
Singkatnya, saham yang menawarkan dividen jumbo tentu akan dilirik banyak orang, sehingga menciptakandemandyang besar.
Demandyang tinggi tentu akan membuat harga saham tersebut, termasuk ITMG hingga LPPF di atas, bergerak naik.
Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu terutama menjelang cum datesebenarnya membeli saham-saham tersebut hanya meningkatkan risiko saja karena dari segi return akan tergerus dan ada potensi investor akan melepas kepemilikannya di saatex-date.
Karenanya, untuk memburu dividen suatu emiten, investor tidak perlu FOMO dan sebaiknya mempelajari baik soal risk/reward hingga jeroan emiten tersebut. Ini agar tidak masuk dalam jebakan dividen.