– Kalangan ilmuan yang tergabung dalam World Meteorological Organisation (WMO) memperingatkan kepada seluruh pihak bahwa dalam lima tahun ke depan suhu bumi akan mengalami kenaikan di atas ambang batas kritis.
Menurut mereka temperatur pada 2027 akan lebih dari ambang batas 1,5 celcius (C) di atas masa pra-industri. Akibatnya, https://prodwslot88.com/ kalangan ilmuan ini memperingatkan bakal ada konsekuensi yang mengerikan dari kondisi itu.
Negara-negara telah berjanji, di bawah perjanjian iklim Paris pada 2015, bahwa suhu global tidak akan lebih tinggi dari 1,5C di atas tingkat pra-industri. Namun, janji itu kini tak semakin terealisasi dengan ditandai tingginya panas ekstrem di beberapa negara.
“WMO membunyikan alarm bahwa kita akan menembus level 1,5C untuk sementara waktu dengan frekuensi yang meningkat,” kata Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas seperti dilansir The Guardian, dikutip Kamis (18/5/2023)
Suhu permukaan rata-rata global belum pernah menembus ambang batas 1,5C. Rata-rata tertinggi pada tahun-tahun sebelumnya adalah 1,28C di atas tingkat pra-industri.
Namun, berdasarkan laporan yang diterbitkan WMO kemarin, menunjukkan adanya kemungkinan sebesar 66% bahwa suhu global akan melebihi ambang batas 1,5C antara 2023 dan 2027 setidaknya dalam periode satu tahun.
Laporan WMO juga menyinggung banyaknya rekor baru yang dicatat beberapa wilayah di berbagai negara pada 2022-2023 ihwal pemanasan global. Ini akibat kerusakan iklim dan dampak dari fenomena cuaca El Niño yang berkembang bergabung menciptakan gelombang panas di seluruh dunia.
El Niño bagian dari fenomena cuaca yang berkembang di kawasan Pasifik. Selama tiga tahun terakhir, dunia berada dalam fase berlawanan dengan fenomena itu, yang dikenal sebagai La Niña. Fenomena cuaxa ini memiliki efek meredam kenaikan suhu di seluruh dunia.
Saat La Niña berakhir dan El Niño baru berkembang, ada kemungkinan 98% bahwa setidaknya satu dari lima tahun ke depan akan menjadi rekor terpanas, berdasarkan temuan yang dipublikasikan oleh tim WMO.
“Ini akan berdampak luas bagi kesehatan, ketahanan pangan, pengelolaan air dan lingkungan,” kata Taalas. “Kita harus siap.”
Dampak dari kondisi ini menurut mereka adalah lebih sedikit curah hujan tahun ini di Amazon, Amerika Tengah, Australia, dan Indonesia. Banyak wilayah hutan hujan di kawasan itu sudah hampir menyerupai kondisi di savana, karena gundulnya pepohonan.